silahkan datang dan berkunjung.
Jumat, 24 Agustus 2012
Blog -> tumblr
Hai, tulisan saya telah di pindahkan di tumblr baru saya, bisa berkunjung ke: A Damnlicious tumblr
Sabtu, 28 Juli 2012
Biarkan Sally Sendiri
“Sebab waktu bisa menciptakan
hujan dan kesendirian. Mereka hidup didalam nya terjebak dan terperangkap
seperti perangkap jala nelayan didalamnya.”
Begitulah yang dikatakan Sally, kepada mimpi. Ya, mimpi
adalah satu-satu nya tempat dimana sally berbaring, terbaring, dan
dibaringkan. Seandainya dapat memilih,
sally tak pernah ingin jatuh cinta kepada Dia.
Terlalu rumit baginya.
-----------
04:00
Aku terbangun dari hujan yang jatuh cinta kepada mataku,
kepada mataku yang terpejam. Kutatap jam dinding kamarku, “Astaga sudah pukul
empat petang ternyata. Aku terlambat, aku ada janji dengan dia mungkin sekarang
telah sebungkus rokok dia habiskan. Dia pasti marah besar.”
Rinai hujan tak menghentikan langkahnya. Dia mengendarai
kendaraan besi beroda empat itu melaju halnya angin. Namun juga tak melupakan
hati-hati agar tak dimakan oleh hujan. Setibanya, Sally masuk ke kedai kopi itu
dengan terburu-buru, ia mengenakan gaun merah, rambutnya tampak tak tersisir
rapi, tak mengenakan jam tangan di lengan kiri yang biasa nya selalu setia
menemaninya, jam yang pernah diberikan dia kepadanya. Di hari ulang tahun nya.
Pukul berapa ini?
Dan pukul berapa sekarang?
“Sally,
kau
disana rupanya. Mari sini kubawakan tas kesayangan mu, kau tampak
terburu-buru?
Aku memang menunggu mu namun kalau ada kenapa-kenapa bagaimana?”
Begitulah Dia, Dia adalah kekasihnya sedari sma. Di kota tua, disebuah
jalan yang tak begitu
penting disebutkan nama nya.
“Eh, kamu tak
marah sayang?” ujar Sally sambil meremas ujung bajunya. Matanya dipejamkan,
sesekali terdengar rintihan kedinginan nya yang tak kuasa ditahan, diluar
sedang hujan, hujan deras sekali.
Entah ada apa denganmu hari ini.
Kamu bilang, kamu hanya butuh
ditemani hari ini saja.
-----------------
Dia adalah sosok lelaki yang
paling didambakan setiap wanita di dunia ini. Sosok seperti bung karno; Tegas,
Lugas, dan Romantis. Siapa yang tak mengenal bung karno, lelaki yang pernah
menjabat menjadi presiden Indonesia pertama Indonesia. Lelaki yang dicintai
banyak orang, dan juga wanita. Tentu saja.
Dia adalah kapten basket di
sekolah nya, semasa sma dia adalah pria yang pandai bergaul, ia mempunyai
banyak teman. Tak hanya teman, guru-guru juga senang terhadap tingkah laku nya
yang ramah. Dia digemari banyak wanita seperti halnya bung karno. Wanita, ya
mereka selalu mencari dan mencuri perhatian. Namun tak satupun dia tanggapi
sampai ia bertemu sosok perempuan yang duduk di bangku taman sekolah itu, dia
Sally.
“Hai, kamu
sendiri?” tanya Dia. Tubuhnya dimandikan keringat, napasnya memburu. Dia
berjalan perlahan mendekati Sally sembari mengelap keringat di dahi nya, ia
ingin tampak sempurna di hadapan wanita yang ia suka. Ia tersenyum. Sally tak
menanggapi nya.
Mereka bertatapan beberapa detik,
seperti datangnya kilat yang membuat warna wajah mereka menjadi pucat sesaat.
Sally menghela napas panjang lalu
memainkan ponsel.
Ia masih
terdiam dikursinya. Hatinya berbunga-bunga. Jika
ku mencintainya, sekarang harusnya ku menyapanya dan melakukan apapun untuk
dia, dia berucap dalam hati. “Bukankah dalam diam selalu ada banyak kata,
aku percaya sekarang kau sedang berkata-kata kepadaku. Dalam diam, hanya saja
dalam diam” dia memecah kebisuan.
Ia tersenyum
menanggapi.
“Katamu, dalam
diam aku lebih suka berkata-kata, namun dalam diam mengapa kau berkata-kata
sehingga membuat kata-kata ku keluar, terhenyak, menerobos dan menjadi sebuah
ucapan? Ya, aku sendiri” Sally tersenyum, seperti nya dia adalah pria pertama yang
pernah datang setelah kepergian ayahnya. Pria yang datang dan memecah kesunyian
setelah pemakaman ayahnya. Ayah yang sangat dicintainya.
---------------
Ia tarik badan
nya dari kursi. Berjalan kearah depan dan memesan kopi hangat. Dia tahu wanita
nya sedang kedinginan sambil tersenyum memberi celah, senyum yang berbeda dari
sebelumnya. Di hari- hari sebelumnya.
Diluar sedang hujan. Hujan deras
sekali. Mereka adalah sepasang merpati yang berlindung di bawah pohon dari
derasnya hujan hanya saja mereka adalah merpati putih dengan luka di sayap nya.
“Besok aku akan
pergi” dia berkata sambil menatap mata sally, menjelaskan bahwa perkataan nya
adalah sebuah kesungguh-sungguhan. Sally menyambut perkataan itu dingin,
Matanya beralih ke jendela. Orang – orang berlarian dengan tas nya di kepala,
burung-burung tak tampak, langit gelap dan senja tak juga kunjung terlihat.
Mata nya meneteskan air mata, hanya saja lebih deras dari hujan di sore hari.
“Kita seperti
tetes tetes air yang menempel di jendela itu bukan?” Sally memecah keheningan
“Kita bersama namun tak satu, kau egois! Kupikir…kupikir..” air matanya menetes
lebih deras “Kupikir kau adalah sosok pria yang menemaniku seperti setelah
kepergian ayah. Mengapa? Mengapa?”
Suasana masih
hening, hanya terdengar suara Sally di meja itu. Dia? Dia menundukan kepala
kebawah sambil sesekali menahan isak tangis.
“Tapi, aku
dijodohkan. Aku tak mungkin melawan orang tua ku.” ia berkata
“Kamu egois!”
Sally berkata agak berteriak.
Para pelayan kafe dan pengunjung
lain nya menoleh berbarengan kearah meja mereka.
ia dan dia terdiam. Berdua
menatap keluar jendela.
“Kamu egois,
kalau saja waktu itu, dibangku taman sekolah kau tak datang menghampiriku tak
akan begini jadinya” ia terisak pelan, sambil jemarinya mengelap tangis dimata.
“Maafkan aku …
“ ia memohon. “Seandainya aku bisa melihat senyum mu lagi sekarang …”
“Kita sudah
pu…”
Ia menarik
tangan Sally dan menggengam nya. “Aku senang telah pernah menjadi bagian di
hidupmu” dia menatap matanya lekat lekat, seperti tak pernah ada jarak di sana
“Juga tak pernah menyesal akan kepergian ku”
“Tak menyesal?
Tega nya kau..” Sally melepaskan mata nya dari dia. Ia tersontak kaget
mendengar ucapan nya.
“Yah, kemarin
malam aku melihatmu bersama mantan kekasih mu berduaan. Tertawa , lari ke
sebuah hotel dengan hanya berdua. Langit malam itu telah menjadi saksi. Sayang,
maaf” Dia memotong perkataan Sally.
“Bagaimana kau
tahu? Bukan kah waktu itu… waktu itu kau sedang menemani ibu mu kesebuah
pemakaman saudara ipar-mu?” badan nya dingin, jemari nya bergetar
“Di perjalanan
menuju pemakaman, kami kecelakaan ibuku tewas di tempat. Untungnya saya
selamat. Di perjalanan pulang dari rumah sakit, aku melihatmu dengan bajingan
itu. Betapa tidak sakitnya!” Dia berteriak. Suasana kembali hening. hujan mulai
reda. Mobil dan motor tampak mulai bergerak. Beberapa orang pergi dari tempat
teduh dengan payung. Masih gerimis.
Ponsel nya bergetar. Tampak pesan
“Nak, kau dimana? Sekarang ibu akan dimakamkan selekas itu kita segera pergi ke
Jakarta untuk pernikahan mu dengan anak atasan papa”
Gerimis reda, dia keluar dari
kedai kopi itu dengan perasaan entah. Entah harus senang akan pernikahan nya,
dan entah sedih akan kematian ibunya."Kau mau kemana?” Ujar sally kepada dia
sambil tak kuasa menahan tubuh nya.
Dia tak menanggapi. Dia pergi dengan sepeda
motor tua paman nya. Motor nya telah rusak setelah kecelakaan ibu nya kemarin.
Di jalanan yang basah setelah
hujan, dia melintas lampu merah dengan menerobosnya. Perasaan dia memang sedang
entah. Di sisi jalan yang berbeda mobil kendaraan berat melintas. Dan
terjadilah.
“Siapa pria
ini? Salah satu dari kita harus membawanya kerumah sakit”
“Telepon polisi
sekarang, telah terjadi kecelakaan!”
Sayup-sayup suara ambulan membawa
Dia ke rumah sakit “Innalillahi wainnalillahi rajiun” semua yang berada di
mobil ambulan yang berbau tengik itu berucap. Dia telah pergi menyusul ibunya.
Sally yang mendengar berita buruk
itu menangis dan menjatuhkan ipod nya, tak sengaja terputar sebuah lagu yang
sering dinyanyikan Dia di daftar playlistnya. Dia menangis, menangis lebih
keras dari Deras Hujan. Deras sekali. Hujan di mimpi nya. Deras sekali.
Menangis.
Biar sally mencariku
Biarkan dia terbang jauh
Dalam hatinya hanya satu
Jauh hati nya hanyaku
Katakan ku takkan datang
Pastikan ku takkan kembali
Lalu biarkan dia menangis
Lalu biarkan dia pergi
Sally kau selalu sendiri
Sampai kapanpun sendiri
Hingga kau lelah menanti
Hingga kau lelah menangis
Palembang, 24 juli 2012
#CerpenPeterpan
@adamfirliansyah
Rabu, 25 Juli 2012
#CerpenPeterpan
Hai... Sabtu 28 juli 2012 nanti saya akan mengikuti mempostingkan cerpen pendek pertama saya.
Berawal dari iseng-iseng di Twitter ketika maraknya berita pembebasan Ariel Peterpan seorang bernama Wira Triasmara ( @wira_panda) dan Faisal Reza ( @monstreza ) mendapatkan ide untuk menulis cerita pendek dari lagu-lagu nya Peterpan.
Disini lah langkah awal saya menulis cerpen yang akan di postingkan bersama-sama pada hari sabtu 28 juli 2012. Aku sih milih #CerpenPeterpan dengan judul lagu #SallySendiri yang berkisah tentang seorang gadis bernama Sally yang menjalin hubungan cinta bersama kekasih nya semasa SMA sampai suatu kejadian datang.
buat review nya seperti ini:
Berawal dari iseng-iseng di Twitter ketika maraknya berita pembebasan Ariel Peterpan seorang bernama Wira Triasmara ( @wira_panda) dan Faisal Reza ( @monstreza ) mendapatkan ide untuk menulis cerita pendek dari lagu-lagu nya Peterpan.
Disini lah langkah awal saya menulis cerpen yang akan di postingkan bersama-sama pada hari sabtu 28 juli 2012. Aku sih milih #CerpenPeterpan dengan judul lagu #SallySendiri yang berkisah tentang seorang gadis bernama Sally yang menjalin hubungan cinta bersama kekasih nya semasa SMA sampai suatu kejadian datang.
buat review nya seperti ini:
“Sebab waktu bisa menciptakan
hujan dan kesendirian. Mereka hidup didalam nya terjebak dan terperangkap
seperti perangkap jala nelayan didalamnya.”
Begitulah yang dikatakan Sally, kepada mimpi. Ya, mimpi
adalah satu-satu nya tempat dimana sally berbaring, terbaring, dan
dibaringkan. Seandainya dapat memilih,
sally tak pernah ingin jatuh cinta kepada Dia.
Terlalu rumit baginya.
Nah, begitulah kira-kira review #CerpenPeterpan yang saya tulis.
Mohon dukungan nya semua.
Note:
buat yang mau lihat blog nya wira bisa liat di: http://wirallstar.blogspot.com/
Selasa, 10 Juli 2012
draft ke-2 dari perihal membaca puisi
Ternyata, aku
juga mencintai….
Waktu mulai berwarna cokelat,
malam hendak tiba
Aku duduk berhadap hadapan dengan
mata jendela
Angin bersemilir, kerinduan
meradang.
Dari suatu sudut kamar, aku
mengadah ke cawan langit.
Memperhatikan setiap lekuk malam.
Kupejam mata, dan stifi terlukis
di dalam nya.
Malam ini..
Mungkin aku bisa menitip mata
pada burung gereja.
Di langit sebelah mana aku bisa
melihat stifi dari kejauhan.
Berjalan sendiri mencari dimana
aku.
Pohon-pohon tak berdaun
Rerantingnya seperti tangan-tangan
Berdoa meminta hujan
Dari dulu aku cemburu kepada
hujan.
Dia lebih banyak menyentuh nya.
Sementara, aku di balik gerimis.
Menabung detik yang membisu.
Malam tiba, jatuh tepatnya, jatuh
di atap bumi.
Aku tak tahu aku mencintai bumi
rupanya.
Bisakah seorang bukan petani
mencintai bumi?
Aku bukan petani, dulu ayahku
melarangku jadi petani
Lalu aku menulis puisi, aku pikir
kertas itu juga bumi
Dari mata burung gereja kulihat
jalan jalan mengalir
Seperti sungai yang sungguh
keruh.
Dan tiba tiba saja aku mencintai
sungai
Maupun airnya keruh dan engkau
tak disana
Mencuci pakaian kotor dan badanmu
disana
Tetapi aku mencintai nya, sangat
mencintai nya.
Sebab, ia mengalir seperti waktu
dan kehidupan
Aku tahu kalimat ini sudah jutaan
kali aku sebutkan
Sebelum, dan sesudah aku
mengatakan nya
Tapi, sesekali aku ingin jadi
bukan penyair.
Berkata-kata dengan bahasa umum
yang basi
Ternyata, langitlah yang
menyiramkan warna cokelat.
Tadi siang, aku lihat ia berwarna
biru, seperti warna
kemeja berbau peluh yang aku
kenakan sekarang
mengalahkan warna pohon hijau
disana rupanya
Dan ternyata aku juga mencintai
pohon rupanya
aku mencintai pohon saat jatuh ke
tanah
dan bayangan nya indah sekali
aku juga mencintai jalan, jalan
apa saja,
kecuali jalan didepan kantor
gubernur,
ada tanda merah dilarang berhenti
disana
tetapi aku paling mencintai
sebuah jalan
tak penting betul menyebut nama
jalan itu
ia ada di sebuah kota, aku pernah
bahagia di jalan itu,
saat itu hujan turun, gerimis,
menyelimuti jalan itu
aku tak berlindung, kutadahkan
tanganku
kuterima saat dia jatuh.
Jalan itu menuju kampus ku
ternyata, kampus
Yang terletak tak jauh dari
keramaian ibu kota
Stifi bhakti pertiwi nama nya,
dan aku bersama mu
Sedang berdiri disini, dihadapan
nya, dihadapan ribuan tanya
Sedang apa dia disana, aku pikir
juga begitu
Sedang apa aku disini, memakai
pakaian rapi
Dan kalian semua menatapku sepi
Ternyata aku disini, di panggung
ini
Seorang yang bahkan tak layak
kenakan kemeja berbau peluh
Dan ternyata, saya disini, sedang
mencintai stifi rupanya
Tak kusangka, ternyata aku
mencintai stifi rupanya.
Mungkin juga kau, dan juga engkau
Tak apa walau hanya kita, tapi
kuminta perkenalkan lah ini pada dunia
Kelak saat aku membaca ini.
Ribuan tanya diasah
Tajam, dan sedemikian rupa
Tapi, biarlah aku dulu yang
bertanya kepada kalian.
Sebuah pertanyaan yang kelak
diingat langit, dikenang bumi
“apa hari ini, kau juga mencintai
stifi?”
Palembang, 11 juni 2012
Puisi yang baik itu menertawai
ketidakmampuan sendiri.
Misalnya ketidakmampuan aku mencintai
diriku.
----------------------------------------------------------
draft kedua saya, tentang ketidak mampuan saya menulis puisi
ya, puisi ini gagal saya bacakan dan lebih memilih puisi lain nya.
"dan ketika malam, ketika langit sunyi senyap. kumelihat puisi yang di tertawakan ini menangis dan kembali menjadi tinta"
puisi tentang perihal sederhana
Malam ini aku ingin menjadi kamu
Malam ini…..
aku ingin menjadi
kamu
Malam ini tiba tiba aku ingin menjadi kamu
Bercerita tentang apa yang berlintas di pikiran mu kepadaku;
Maka duduklah kita berhadap – hadapan
Dibawah angin malam dan bulan yang saling diperebutkan
Malam ini aku ingin menjadi sudut bibirmu
Yang menyimpan canda, bahagia, dari cerita yang ditorehkan
Cerita yang telah bertahun – tahun kita bangun
Cerita tentang sebuah universitas yang berulang tahun
Siang tadi seorang sahabat menunjukan sepotong gaun wah
Yang akan dipakai nya pada malam yang mewah
Untuk merayakan sebuah pentas seni yang indah
Ulang tahun kampus kami stifi bhakti pertiwi nan megah
Malam ini aku ingin menjadi kamu
Sebuah pilar, atau hanya sebuah mesikuar
Tak apa walau hanya diam,
Setidaknya saya dapat membantu banyak orang;
Nyawa
Apoteker…
Sebuah profesi yang mungkin kau saja tidak tahu,
profesi yang alangkah baik, menyembuhkan orang yang sakit
Malam ini tiba – tiba aku mencintai profesi ini
Profesi yang baru saja aku geluti
Bisakah seorang bukan farmasi mencintai ini?
Dulu, saya kecil tak senang akan obat-obatan
Lalu saya menulis puisi
Aku pikir perasaan senang itu juga obat
Tetapi aku mencintai nya, sangat mencintainya
Sebab, ia mengalirkan waktu dan kehidupan
Aku tahu kalimat ini sudah jutaan
kali aku sebutkan
Sebelum, dan sesudah aku
mengatakan nya
Tapi, sesekali aku ingin jadi
bukan penyair.
Berkata-kata dengan bahasa umum
yang basi
Maka disinilah kita,
Mengumpulkan kembali
peristiwa-peristiwa ,
Kenangan yang tak pudar dan juga
telah disematkan di pikiran
sepuluh tahun terasa hanya
beberapa jam,
Terasa bahkan hanya sepejam
Yang kelak indah dimata, dan
kujadikan bangga di dada,
Biarlah menjadi bangga di dada.
Bukan! Bukan sebagai membusungkan
dada
Namun sebagai degup-degup jantung
Yang mendetakkan bahagia.
Palembang, 16 juni 2012
-----------------------------------------------------------
puisi sederhana ini aku buat di kamar yang berantakan entah apa, saat kulihat dan kubaca bahwa akan adanya pertunjukan pentas seni di kampus ku.
aku men-dedikasi kan puisi ini untuk memeriahkan acara kampus ku, yang telah kutempati satu tahun belakangan ini
juga untuk melatih diriku,
"ya saya orang yang rumit, sesederhana itu"
Langganan:
Postingan (Atom)